Di Jepang, ketika militer AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia Kedua energi atom menciptakan para monster.

Ketika Bom Telah Mengubah Segalanya...Sebuah bom nuklir diledakkan bawah air dalam tes pada 1946 di Bikini Atoll untuk menyelidiki dampak ledakan pada kapal perang. (Foto: Bettmann, Corbis)
Kegelisahan terhadap nuklir yang telah berlangsung sejak lama berdampak pada film, televisi, musik dan literatur. Sineas, sastrawan, dan seniman lalu menemukan respons kreatif terhadap aspek kehancuran, tulis Samira Ahmed.
HG Wells merupakan orang yang pertama kali membayangkan tentang bom atom dan bahkan menamakannya, dalam sebuah novel yang diterbitkan pada 1914 dengan judul The World Set Free.
Wells membayangkan sebuah uranium mirip granat tangan yang "dapat meledak dalam jangka waktu yang tertentu". Dia mungkin salah memperkirakan bentuk dan ukuran, tetapi itu menjadi sebuah realitas dalam hidupnya – hanya dalam 30 tahun kemudian.
Budaya popular kemudian mulai 'bergulat' dengan kekuatannya.
Di Jepang, ketika militer AS menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia Kedua, energi atom menciptakan atau membangunkan para monster.
Film Godzilla (1954) merujuk pada sebuah peristiwa nyata ketika seorang kru kapal pukat Jepang menderita radiasi setelah uji coba sebuah bom di Lautan Pasifik. Petir yang menerjang menghancurkan Tokyo dalam film tersebut tampak seperti dokumenter, bukan fiksi.
Pada tahun yang sama Hollywood membuat Them! – sebuah film yang memperlihatkan uji coba bom menciptakan semut-semut radiokatif raksasa yang menyerbu Los Angeles.
Radiasi yang memicu mutasi menjadi sebuah imajinasi yang populer. Dalam novel Richard Matheson yang berjudul The Shrinking Man, perubahan dipicu oleh sebuah kabut radioaktif misterius di laut dan menjadi sebuah eksplorasi muktahir dari kekhawatiran pasca-perang mengenai identitas maskulin.
Tetapi dalam Perang Dingin Amerika, seperti Jepang, radiasi atom lebih banyak menjadi penyebab munculnya pahlawan super dibandingkan monster; seperti Incredible Hulk, seorang ahli sains yang secara tidak sengaja terpapar sinar gamma dalam sebuah uji coba bom dan Spider-man, yang digigit oleh seekor laba-laba radioaktif (kedua cerita ini muncul pada tahun yang sama 1962).
Cerita tentang Fantastic Four (1961) disebabkan oleh paparan sinar kosmik ke dalam roket mereka dalam perjalanan menuju luar angkasa, sementara X-Men (1963) menggambarkan konsep mutasi sebagai sebuah jenis gerakan pembebasan anak-anak muda.
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 komentar:

Post a Comment

 
Top