1. Masjid Agung Aleppo (Aleppo, Suriah)  
Masjid
 yang dibangun sejak abad ke-8 ini tak hanya bersejarah, namun juga suci
 sebab menyimpan jasad Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis (Nabi 
Yahya) yang dihormati baik dalam agama Islam maupun Kristen. Namun 
sayangnya masjid ini menjadi korban Perang Saudara pada April 2013 yang 
menyebabkan menaranya yang berusia 925 tahun runtuh terkena serangan 
bom. Namun tak hanya masjid ini saja yang mendapat ancaman di Timur 
Tengah. Banyak tempat ibadah seperti gereja dan masjid Syi’ah juga 
terancam dihancurkan oleh ISIS di berbagai lokasi di Irak dan Suriah; 
suatu tindakan yang patut dikutuk sebab mereka secara tak bertanggung 
jawab mencomot nama “Islam” yang seharusnya menjunjung tinggi perdamaian
 dan toleransi.  
2. Masjid Babri (Ayodhya, India)  
Masjid
 ini memiliki sejarah panjang yang disertai konflik yang tragisnya 
berakar dari kecurigaan tak beralasan. Masjid ini didirikan pada 1527 
oleh Babur, kaisar Dinasti Mughal yang pertama (keturunannya kelak akan 
membangun Taj Mahal). Yang kontroversial, tempat didirikannya masjid ini
 sendiri dianggap sangat suci oleh umat Hindu sebab dipercaya sebagai 
tempat lahirnya Sri Rama. Bahkan konon masjid ini dibangun setelah 
menghancurkan kuil Hindu yang terlebih dahulu berdiri di sini. Masjid 
Babri sendiri terletak di negara bagian Uttar Pradesh yang memiliki 31 
juta penduduk Muslim.  
Umat Hindu setempat 
berniat untuk mengembalikan lokasi ini sebagai tempat ibadah mereka. 
Hingga pada tahun 1992, terjadi demonstrasi dari 150 ribu orang yang 
berujung pada aksi penghancuran masjid ini, walaupun Mahkamah Agung 
India sudah berusaha melindungi masjid tersebut. Dan yang lebih 
menyakitkan, peristiwa penghancuran masjid ini menyulut kerusuhan 
bernada sentimen anti-agama di Mumbai dan Delhi yang menyebabkan 2.000 
orang yang tak ada kaitannya dengan peristiwa ini terbunuh.  
Dari
 segi sejarahnya, masjid ini tentunya tak ternilai harganya. Gaya 
arsitekturnya amat unik dan sangat canggih melampaui zamannya. Bangunan 
ini memiliki rancangan yang sangat unik dalam hal akustik, sehingga para
 ulamanya tak memerlukan pengeras suara dalam berkotbah. Suara bisikan 
konon bisa terdengar jelas hingga jarak 60 meter karena desain 
dindingnya dan juga bahannya berupa batu pasir berfungsi sebagai 
resonator. Masjid ini juga memiliki sistem pendingin udara alami 
sekaligus mengatur cahaya matahari yang masuk. Mungkin masjid secanggih 
ini hanya satu-satunya saja di dunia.  
3. Gereja Kelahiran (Betlehem, Palestina)  
Gereja
 ini merupakan salah satu tempat tersuci bagi umat Kristen, mungkin bisa
 dianggap setara dengan Mekah bagi umat Islam. Gereja ini dibangun pada 
tahun 327 M, oleh Kaisar Romawi Konstantin dan ibunya, Helena di atas 
lokasi yang dipercaya sebagai tempat lahirnya Yesus Kristus. Pada April 
2002, para Peristiwa Infitada Kedua (perlawanan Palestina terhadap 
Israel), gereja ini mendapat sorotan dunia setelah 50 prajurit 
bersenjata Palestina yang tengah dikejar pasukan Israel bersembunyi di 
dalamnya, menyandera sekitar 200 biarawan dan beberapa penduduk 
Betlehem. Yang mengejutkan, beberapa biarawan di dalam gereja ini justru
 memutuskan tetap berada di dalam untuk melindungi para militan 
Palestina.  
Tak jelas siapa yang benar atau siapa
 yang salah di sini karena berita simpang siur dari kedua pihak, namun 
pertempuran antara Palestina dan Israel di tempat ini jelas merusak 
kesucian gereja ini, bahkan merusak beberapa bagian gereja yang sudah 
berumur hampir 9 abad. Setelah siaga selama 39 hari, dicapai kesepakatan
 untuk mengevakuasi para prajurit Palestina tersebut ke Gaza, Spanyol, 
dan Italia.  
Pada 2012, kompleks gereja ini 
akhirnya ditahbiskan oleh UNESCO menjadi Situs Warisan Dunia pertama 
milik Palestina, walaupun mendapat tentangan keras dari Amerika Serikat 
dan Israel.  
4. Patung Buddha Bamiyan (Afghanistan)  
Peristiwa
 ini membuktikan bahwa tindakan intoleran terhadap agama lain dapat 
berujung pada tak hanya permusuhan, namun juga malapetaka 
berkepanjangan. Patung Buddha Bamiyan merupakan patung Buddha raksasa 
yang dibangun pada abad ke-6 M. Keunikan patung Buddha ini adalah 
pembuatannya dilakukan dengan mengukir gunung secara langsung.  
Di
 zaman modern ini, penganut Buddha di Afghanistan bisa dibilang sudah 
benar2 lenyap, sehingga Taliban, yang memandangnya sebagai suatu bentuk 
berhala, akhirnya menghancurkannya dengan peledak pada Maret 2001. 
Tindakan ini tentu mendapat tentangan dari dunia internasional, tak 
hanya dari negara yang mayoritas beragama Buddha saja. Sebab selain tak 
mencerminkan toleransi antarumat beragama, tindakan keji ini juga 
merusak peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya.  
Perbuatan
 ini juga mengundang sebuah konsekuensi yang mungkin tak terbayangkan 
sebelumnya, yakni aksi diskriminasi dan kebencian penduduk Buddha di 
Myanmar terhadap kaum Muslim minoritas Rohingnya di negaranya.  
5. Kuil Somnath (Gujarat, India)  
Lagi-lagi
 tempat ibadah ini menjadi bukti perselisihan yang sudah berlangsung 
berabad-abad antara penganut Hindu dan Islam di India. Kuil Somnath 
merupakan kuil yang didedikasikan untuk Dewa Siwa dan dianggap sebagai 
salah satu kuil tersuci di India, sebab dibangun di atas dimana Dewa 
Khrisna, mengakhiri hidupnya di dunia dan dipercaya naik ke surga. 
Selama ratusan tahun, berkali-kali kuil ini dihancurkan oleh para 
penyerang Muslim yang berusaha menguasai India, untuk kemudian dibangun 
kembali oleh para raja Hindu. Hal ini terjadi terus-menerus hingga 
terakhir, kuil ini dibangun kembali pada 1947, tak lama setelah 
kemerdekaan India.  
Permusuhan dan rasa saling 
curiga antara penganut Muslim dan Hindu pernah surut kala mereka bersatu
 di bawah Mahatma Gandhi untuk memperjuangkan kemerdekaan dari 
pemerintah kolonial Inggris. Mahatma Gandhi memang terkenal netral dan 
toleran terhadap semua agama, bahkan terhadap agama Kristen sekalipun 
yang dibawa oleh penjajah Eropa. Namun sepeninggal Gandhi, pertikaian 
kembali terjadi dan menyebabkan negara tersebut terpecah menjadi India 
(mayoritas Hindu) dan Pakistan (mayoritas Muslim).  
6. Glastonbury Abbey (Somerset, UK)  
Gereja
 yang dibangun pada 712 M ini dipercaya sebagai maka Raja Arthur yang 
legendaris. Bahkan kesucian gereja ini bisa ditarik sejak abad pertama 
Masehi dimana Joseph dari Arimathea (santo yang menguburkan jenazah 
Yesus) pernah datang ke lokasi ini untuk menyebarkan Kekristenan. 
Sayangnya, gereja bergaya gotik yang megah ini akhirnya dihancurkan pada
 1539 karena pertikaian di dalam tubuh umat Kristen sendiri.  
Raja
 Henry VIII, penguasa Inggris kala itu meminta izin kepada Paus Roma 
untuk menceraikan istrinya dan menikahi kekasih gelapnya, Anne Boleyn. 
Karena perceraian tak diizinkan dalam agama Katolik, maka tentu saja 
Paus tak memperbolehkan hal tersebut. Ini menimbulkan kemarahan Raja 
Henry VIII yang kemudian menghancurkan banyak gereja di seluruh Inggris 
bahkan menyiksa para pemuka agamanya, termasuk Richard Whiting, seorang 
biarawan yang dihukum gantung. Peristiwa ini juga memicu pemisahan 
gereja Anglikan (Inggris) dari Katolik Roma. Bukan pertama kali ini saja
 perselisihan berdarah terjadi di dalam tubuh agama Kristen. Pemisahan 
antara Katolik dan Protestan juga diikuti perang yang membawa banyak 
korban.  
7. Borobudur (Magelang, Indonesia)  
Mungkin
 tak banyak dari kalian yang ingat bahwa candi kebanggaan bangsa kita 
ini pernah menjadi korban kekerasan SARA. Pada 21 Januari 1985, teroris 
di bawah pimpinan Husein Ali Al Habsyie meledakkan bagian Arupadhatu 
candi Buddha ini hingga merusak sembilan stupa. Peristiwa itu merupakan 
balasan atas Peristiwa Tanjung Priok pada 1984. Kekerasan itu dipicu 
atas seorang sersan Katolik yang masuk ke dalam masjid tanpa melepas 
alas kaki untuk mencopot berbagai selebaran anti-pemerintahan Suharto 
yang dipasang di sana. Hal itu dibalas dengan kotbah seorang imam 
bernama Abdul Qodir Jaelani yang menentang Pancasila sebagai dasar 
negara.  
Segera, protes diikuti 1.500 orang 
segera menyerbu pusat komando milter di Jakarta Utara. Dimana dalam 
perjalanannya, mereka membakar sebuah toko farmasi milik seorang 
keturunan Tionghoa bernama Tan Kioe Liem (yang tragisnya sebenarnya 
seorang Muslim), membunuh 9 anggota keluarganya. Aksi kekerasan ini 
dibalas dengan tembakan oleh pihak tentara yang menewaskan 24 demonstran
 (dalam laporan resmi pemerintah), walau banyak yang melaporkan jumlah 
korban sebenarnya mencapai ratusan. Yang jelas, tragedi ini, seperti 
banyak pelanggaran HAM pada masa Orde Baru, hingga kini belumlah 
terselesaikan.  
8. 16th Street Baptist Church (Birmingham, AS)  
16th
 Street Baptist Church adalah sebuah gereja kulit hitam di kota 
Birmingham, negara bagian Alabama. Pada 15 September 1963, gereja ini 
menjadi aksi sasaran anggota teroris Ku Klux Klan, sebuah organisasi 
supremasi kulit putih yang dikenal sangat rasis terhadap kaum minoritas,
 terutama kulit hitam. Mereka menempelkan 15 batang dinamit pada tangga 
depan gereja yang ketika meledak, menewaskan 4 gadis cilik tak berdosa 
berumur antara 11-14 tahun serta melukai 22 orang lain.  
Peristiwa
 ini langsung dikutuk oleh pejuang hak asasi manusia Dr. Martin Luther 
King, Jr. dan kemudian ditanggapi oleh presiden AS saat itu, Lyndon 
Johnson (pengganti John F. Kennedy yang saat baru saja ditembak mati) 
dengan mensahkan UU Civil Rights Movement dan Civil Rights Act yang 
lebih menjamin hak-hak kaum minoritas. Namun sepertinya kebencian 
rasialis terhadap kaum minoritas masih saja bergejolak di Amerika 
Serikat, dibuktikan dengan tragedi penembakan di sebuah gereja kulit 
hitam di Charleston baru-baru ini.  
9. Templo Mayor (Mexico City, Mexico)  
Tragedi
 pembantaian bermotifkan kebencian antaragama juga sudah terjadi ratusan
 tahun lalu, namun mungkin inilah yang paling unik. Pada 20 Mei 1520, 
para conquistador (penakluk dari Spanyol) yang baru saja tiba di benua 
baru Amerika, membantai ribuan penduduk Aztec yang tengah merayakan 
festival keagamaan mereka. Tindakan ini bertujuan untuk memusnahkan 
agama Aztec, sedangkan untuk piramida tempat ibadah mereka kemudian 
dibongkar untuk membangun kateedral baru.  
Peristiwa
 itu terjadi di Templo Mayor, sebuah piramida raksasa di ibu kota 
kerajaan Aztec, Tenochtitlan (sekarang dinamakan Mexico City), ketika 
para penduduknya tengah merayakan festival Toxcatl, sebuah perayaan 
untuk menghormati salah satu dewa mereka yang bernama Tezcatlipoca. Para
 prajurit Spanyol di bawah pimpinan Hernan Cortes tanpa peringatan 
langsung membantai ribuan warga Aztec dengan dalih mereka tengah 
mengadakan upacara pengorbanan manusia. Walaupun ajaran agama keduanya 
bertentangan, namun tetap saja itu bukan alasan untuk membunuh ribuan 
warga yang tak bersenjata, bahkan termasuk wanita dan anak-anak.  
10. Pemberontakan Boxer (Tiongkok)  
Salah
 satu peristiwa paling bersejarah ini gue masukkan sebagai konflik agama
 terbesar dalam sejarah, walaupun tujuan awalnya sebenarnya untuk 
memerdekakan tanah Tiongkok dari pengaruh asing. Pendudukan Barat pada 
masa Dinasti Qing menyebabkan banyak penderitaan bagi bangsa Tionghoa. 
Pada saat itu, daratan Tiongkok bisa diibaratkan sebagai kue pai yang 
dibagi-bagi bak jarahan oleh Inggris, Jerman, Rusia, Prancis, dan 
Jepang. Ratu Cixi, pemimpin Tiongkok saat itu, kemudian menyerukan 
pemberontak Boxer untuk melawan segala pengaruh Barat di negeri mereka. 
Dinamakan Pemberontakan Boxer sebab semua prajurit yang dikerahkan 
hanyalah rakyat biasa yang mengandalkan “kesaktian” bela diri mereka, 
bahkan disebutkan oleh saksi mata mereka dapat “terbang, berjalan di 
air, dan kebal terhadap peluru”.  
Yang 
mengerikan, pemberontakan Boxer ini tak hanya menyasar kaum asing yang 
tinggal di Tiongkok saat itu, namun juga penduduk asli Tionghoa sendiri 
yang menganut agama Kristen. Tercatat para pemberontak Boxer tak hanya 
membakar semua tempat ibadah mereka, namun juga secara brutal membantai 
32.000 sesama bangsa mereka yang kebetulan menganut Kristen, termasuk 
wanita dan anak-anak. Tindakan sadis ini dibalas lebih brutal oleh 
prajurit asing yang membunuh 5.000 warga lokal, termasuk memperkosa dan 
membunuh wanita2 tak berdosa, menyebabkan ribuan wanita kemudian 
memutuskan untuk bunuh diri untuk mempertahankan kehormatan mereka.  
Saat
 ini, bahkan pandangan kaum Tionghoa sendiri terpecah mengenai peristiwa
 berdarah ini. Penduduk di Taiwan dan Hong Kong memasukkan pemberontakan
 ini di dalam teks buku pelajaran mereka sebagai perilaku barbar dan 
memalukan, sedangkan pemerintah Republik rakyat Tiongkok memandangnya 
sebagai tindakan patriotik penuh kepahlawanan. Yang jelas, perjuangan 
memperebutkan kemerdekaan ini justru berbanding terbalik dengan yang 
dialami Indonesia, dimana kita justru melupakan perbedaan agama dan 
rasial kita untuk mencapai tujuan yang mulia.  
Nah,
 demikianlah berbagai intrik antar-agama yang mengakibatkan tak hanya 
hancurnya tempat ibadah bersejarah, namun juga menimbulkan tak sedikit 
korban jiwa. Sedihnya, beberapa konflik antar-agama ini masih juga 
terjadi hingga saat ini. Kapan ya manusia beajar untuk hidup bersama 
saling menerima perbedaan, sesuatu yang gue rasa bangsa kita sudah maju 
satu langkah ketimbang belahan dunia lain. SUMBER
0 komentar:
Post a Comment